Tampilkan postingan dengan label membuat silabus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label membuat silabus. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Juli 2013

Cara mudah membuat RPP dan Silabus yang kreatif (cara membuat silabus)

Cara mudah membuat RPP dan Silabus yang kreatif (cara membuat silabus 2013) 

contoh gabungan RPP-Silabus tematik
 Guru dan rencana pembelajaran adalah bagaikan dua orang sahabat yang selalu bersama yang  tidak terpisahkan. Guru yang sudah baik cara mengajarnya akan semakin baik dalam mengajar jika ditangan dan pikirannya sudah tertera peta yang berbentuk tulisan RPP. Saya pribadi pernah merasakan dahulu bahwa RPP seperti penghalang kreativitas yang membuat selera mengajar menjadi turun hanya karena mesti menulis dan menuangkan ide kreativitas dalam lembar kertas yang pastinya menyita waktu. Pertanyaan terbesar saat guru membuat Silabus dan RPP, kenapa saya harus menulis hal yang saya sdh hafal diluar kepala? Dalam kegiatan PLPG diri saya disegarkan kembali mengenai pentingnya RPP dan hubungannya dengan kualitas pengejaran seorang guru.
Saat PLPG guru kelas 4 sampai 6 pun akan diminta buat RPP tematik, jadi guru kelas atas & guru kelas bawah sama-sama membuat RPP tematik dan RPP mata pelajaran. Kebiasaan membuat RPP sendiri sangat berguna di PLPG setiap 10 guru akan dibimbing 1 dosen, benar-benar saat untuk merefresh diri sebagai guru. Saat yang sama RPP yang dibuat juga berguna untuk digunakan saat mikro teaching di PLPG.
Banyak hal yang menjadi fakta dan kendala bagi guru di lapangan mengenai RPP ini, antara lain
  • Dalam membuat RPP, guru kerap hanya bergantung pada contoh yang ia dapat dari orang lain dan ditiru mentah-mentah padahal yang tahu murid sendiri yaa kita sendiri bukan orang lain. Jadi meniru boleh asal disesuaikan dengan kondisi murid kita sendiri.
  • Soal RPP, guru sering pusing sama formatnya, padahal jauh lebih penting substansinya. Mengejar format RPP yang benar tanpa pertimbangkan apakah isinya bisa diterapkan atau tdk cuma akan membuat frustasi
  • Di RPP tujuan pembelajarannya ‘anak bisa memperagakan’ eeeh di kelas gurunya malah ceramah, yaa tidak nyambung
Hal diatas menjadi bukti bahwa kemauan mencoba hal yang baru serta keinginan untuk selalu berusaha professional belum menjadi ‘jiwa’ yang ada didalam diri guru-guru sekarang ini. Untuk itu beberapa hal dibawah ini akan membantu anda menyegarkan pengertian kembali mengenai RPP sebagai perangkat pembelajaran.
  • RPP menggambarkan prosedur, struktur organisasi pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam standar isi & dijabarkan dalam silabus
  • Susun indikator dalam RPP guru mesti melibatkan 3 aspek (kognitif, afektif, psikomotorik) dan tidak mesti semua supaya malah tidak mengada-ada
  • Lingkup RPP; untuk 1 pertemuan atau lebih
  • Standar khusus RPP: guru mesti tulis model  dan pendekatan strategi pembelajarannya
  • RPP berisi kegiatan2 yang terstruktur, tanpa itu dijamin kelas berantakan
  • Langsung mengajar tanpa RPP boleh saja, asal guru sudah mengerti & mendokumentasikan skenario pembelajaran 1 tahun
  • Standar khusus RPP; ada langkah-langkah awal, inti, akhir serta disertakan jenis penilaiannya
  • RPP yang baik itu jelas, siapapun yang mengajarkan akan bisa membaca dan melakukan karena didalamnya dipaparkan tahap demi tahap (proses)
Langkah langkah dalam membuat RPP dan Silabus yang kreatif;
  • Pertahankan standar kompetensi dan kompetensi dasar, lalu usahakan untuk membuat indikator yang kreatif.
  • Ciri-ciri indikator yang kreatif adalah ia berorientasi pada produk yang akan dibuat oleh siswa. Misalnya siswa membuat jurnal, poster, presentasi singkat serta banyak lagi jenis penugasan yang kreatif dan memaksa siswa mempreaktekan berpikir tingkat tinggi.
  • mulai sekarang jadikan buku teks sebagai mitra dan bukan satu-satunya rujukan, banyak sekali RPP yang ujung-ujungnya meminta anak mengerjakan soal yang ada di LKS atau buku teks. Padahal ini saatnya menjadikan buku teks sebagai acuan teori, soal bentuk penugasan semakin kreatif guru maka semakin senang dan tertantang siswa untuk mengerjakan yang terbaik.
Workshop RPP dan Silabus pembelajaran yang saya ikuti di PLPG  benar-benar membukakan mata saya kembali terhadap bagaimana semestinya guru memandang RPP. Mengakhiri tulisan ini saya bisa menyimpulkan bahwa prinsip sukses membuat RPP; guru mesti menduakan contoh RPP yang dipunyai berlembar-lembar di laptop, yuk coba sendiri dulu.

contoh silabus download disini
kompetensi inti dan kompetensi dasar lihat disini

Kupas Tuntas Silabus

Kumpas Tuntas Pembuatan Silabus



Dalam dunia pendidikan, dikenal istilah silabus. Silabus boleh dikatakan sebagai rancangan materi belajar yang disusun oleh setiap guru mata pelajaran. Namun, menyusun silabus sering dianggap sebagai pekerjaan yang sangat sulit. Bahkan, wujudnya pun sukar dibayangkan. Kesulitan ini biasanya dihadapi oleh guru-guru pemula maupun mahasiswa jurusan keguruan. Materi penyusunan silabus sebenarnya diberikan pada materi kuliah untuk pengembangan kurikulum. Namun, masih ada yang kesulitan saat menyusun silabus yang sesuai dengan kebutuhan kurikulum. Lantas, apakah yang dimaksud dengan silabus?

Pengertian Silabus
Silabus merupakan daftar rancangan yang fokus terhadap apa yang harus dipelajari serta penjelasan mengenai cara memilih dan menyusun konten. Jadi, jika seorang pengajar akan memberikan materi pembelajaran, ia harus mempersiapkan silabus agar alur pengajaran peserta didik dapat diketahui secara jelas dan pasti. Silabus pun menentukan kemampuan yang harus dicapai siswa dari materi yang diberikan.
Berdasarkan Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 mengenai Standar Proses, silabus merupakan acuan pengembangan RPP yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi atau tema pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, serta sumber belajar.

Perkembangan Silabus Baru
Dalam perkembangannya, silabus mengharuskan adanya unsur pendidikan karakter serta direncanakan untuk dimasukkan sebagai nilai-nilai perilaku yang harus ditanamkan pada setiap siswa. Mengapa harus nilai-nilai perilaku? Jawabannya tentu saja karena karakter berarti nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, konstitusi atau hukum, adat istiadat, serta estetika.Koesoema (2007) dalam bukunya, Pedidikan Karakter, menyatakan bahwa karakter dianggap sama dengan kepribadian. Sebaliknya, kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang berasal dari bentukan-bentukan yang ia terima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa keil, serta bawaan sejak lahir.

Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem penanaman nilai-nilai perilaku atau karakter pada warga sekolah, yang meliputi pengetahuan, kemauan serta kesadaran, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, serta bangsa sehingga ia dapat menjadi insan yang sempurna atau kamil.

Lantas, apa hubungan pendidikan karakter dengan penyusunan silabus? Karena pendidikan karakter atau penanaman nilai-nilai itu semakin diperjelas pada bagian isi silabus. Seperti yang telah diungkapkan Koesoema mengenai kesamaan makna karakter dan kepribadian, pendidikan karakter pun boleh dikatakan hampir sama dengan mengajarkan kepribadian.

 → → → Langkah-Langkah Menyusun Silabus

Berikut ini merupakan langkah-langkah penyusunan silabus yang bisa mempermudah Anda dalam pengerjaannya.
Petakan atau tentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
Memilih dan menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar dengan acuan sumber belajar.
Merancang kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran yang telah banyak dipakai. Kemudian, Anda harus membuat proses belajar menjadi semakin menarik guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
Agar lebih mudah merancang penilaian, Anda harus menentukan indikator pencapaian.
Susunlah penilaian dengan menyertakan teknik yang digunakan, bentuk instrumen, serta memberikan contoh soal.
Mengalokasikan waktu kegiatan belajar mengajar sesuai materi yang akan disampaikan.
Sertakan atau cantumkan sumber belajar berupa buku, CD, kaset, maupun website.
Menentukan nilai karakter yang harus ditanamkan pada siswa melalui materi yang diberikan.
Manfaat Silabus
Meski sudah dijelas secara sekilas di prolog artikel ini bahwa manfaat silabus agar pembelajaran yang berlangsung lebih terarah sehingga menjadi jelas dan pasti. Namun tak hanya itu saja manfaat silabus. Ada banyak manfaat silabus:
Pedoman pengembangan pembelajaran, seperti untuk pembuatan rencana pembelajaran, untuk pembuatan pengelolaan aktivitas atau kegiatan pembelajaran, dan pengembangan dalam sistem penilaian
Sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, seperti penyusunan rencana pembelajaran untuk satu standar kompetensi maupun satu kompetensi dasar.
Pedoman perencanaan pengelolaan kegiatan belajar, baik pengelolaan kegiatan belajar yang dilakukan secara klasikal, kelompok kecil maupun pembelajaran yang dilakukan secara individual.
Pedoman untuk pengembangan sistem penilaian. Ini memang menjadi salah satu peran utama silabus. Ia menjdai pengembang sistem penilaian, jika berbasis kompetensi maka sisem penilaian yang dilakukan harus mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan pembelajaran yang termuat di dalam silabus.


 → → → Prinsip Pengembangan Silabus


Silabus dibuat tak lepas dari rangkaian produk untuk pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Karena di dalamnya terdapat garis-garis besar materi yang bakal diajarkan. Maka dalam pengembangannya, silabus memiliki empat prinsip:
1. Ilmiah
Maksud ilmiah bukanlah bahasa yang digunakan di dalam silabus harus bercorak ilmiah. Maksud ilmiah adalah, bahwa materi pelajaran yang dicantumkan di dalam silabus mesti memenuhi kriteria ilmiah. Makanya, di dalam penyusunan silabus diikutsertakan para pakar bidang keilmuan masing-masin bidang studi.
2. Berdasarkan Kebutuhan Siswa
Dalam menyusun silabus sangat diharuskan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis siswa. Makanya cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan materi penyajian mesti disesuaikan dengan kondisi siswa. Artinya, materi ajar yang dicantumkan di dalam silabus memang sesuai dengan kebutuhan siswa.
3. Sistematis
Penyusunan silabus mesti dilakukan dengan sistematis. Pasalnya, materi ajar yang dicantumkan di dalam silabus umumnya saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Sudah jamak diketauhi dalam penyusunan silabus kerap dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem atau langkah-langkah pemecahan masalah. Makanya, di dalam silabus ada komponen pokok yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan materi ajar.
4. Memiliki Relevansi, Konsistensi dan Kesesuaian
Sudah menjadi kesepakatan yang dicantumkan dalam peraturan Depdiknas 2004, dalam penyusunan silabus harus memiliki kesesuaian, keterkaitan dan konsistensi yang sesuai antara standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, pengalaman belajar siswa, sistem penilaian dan sumber bahan ajar.

 → → →Silabus dan Kisi-Kisi Penilaian


Di dalam Depdiknas dijelaskan bahwa silabus dan sistem penilaian mesti disusun sesuai dengan prinsip yang orientasinya untuk pencapaian kompetensi. Makanya, silabus dan sistem penilaian dalam suatu mata pelajaran mesti diprogram atau disusun selaras dengan kebutuhan sekolah. Inilah yang menjadi pedoman utama setiap guru.
Dengan pedoman tersebut, guru bisa mengembangkan pembelajaran dan pengorganisasian seluruh komponen yang diharapkan dapat mengubah perilaku siswa. Karena hakikat belajar adalah dapat mengubah perilaku orang yang belajar.
Pada titik inilah, guru bisa mengidentifikasi siswanya, apakah memiliki kemajuan belajar siswa. Sehingga guru bisa menemukan jenis kesulitan belajar siswa dan segera mencari solusinya. Dengan silabus dan sistem penilaian guru bisa melihat ada tindakan umpan balik atau tidak dari materi yang diajarkan.

Ketika Silabus dan RPP Hanya Sekedar Perangkat

Sejatinya, silabus dan kisi-kisi penilaian memiliki hubungan yang sangat erat. Karena bisa membuat guru menjadi termotivasi di dalam mengajar sehingga pendidikan yang dilakukan benar-benar berorientasi pada kompetensi.
Hanya saja, tinggal kemauan para guru untuk memerankan apa yang tertuang di dalam silabus beserta kisi-kisi penilaian. Bila dilihat dari perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tampak sekali apa yang ingin dicapai akan berhasil.
Namun ketika terjun dan melihat ke lapangan, apa yang ditulis ternyata sangat tidak sesuai. Guru mengajar, kebanyakan, tidak mengarah kepada silabus. Ia mengajar sesuai dengan keinginannya. Penilaian terhadap siswa pun jarang dilakukan. Kesannya guru hanya hadir untuk berdiri di kelas dan menjelaskan sekedar memenuhi jam mengajarnya saja.
Inilah yang membuat betapa ironinya pendidikan di negeri ini. Guru mengajar tak mengikuti rambu-rambu yang ditetapkannya sendiri. Padahal, jika benar ia membuat RPP sesuai dengan silabus, maka tak ada keraguan lagi saat siswa mengerjakan soal Ujian Nasional (UN). Karena sudah dapat diprediksikan keberhasilan siswa tak perlu diragukan lagi.
Bukan tidak mungkin, kecurangan terjadi di dalam dunia pendidikan ketika pelaksanaan Ujian Nasional tak lepas dari kesalahan guru yang mengajar tidak mengacu kepada Silabus dan RPP. Sehingga mau tidak mau, guru pun ikut terlibat dari kecurangan saat Ujian Nasional (UN) dilaksanakan. Sehingga tidak ada lagi integritas seorang guru di dalam mendidik.
Proses ini sejatinya bisa diatasi, jika guru dalam menyusun RPP yang merujuk kepada silabus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Jika membutuhkan alat, maka guru mengusahakannya dengan cara sederhana, namun tak lepas dari rujukan RPP dan Silabus.
Namun jika guru langsung menyerah ketika ada kesulitan dalam menyempurnakan pembelajaran agar siswa bisa memahami materi, maka inilah yang menjadi masalah baru. Inilah yang membuat guru dalam proses mengajarnya hanya berdiri di kelas dan menjelaskan sekedarnya saja. Selalu menjadi alasannya, ketidakadaan alat pendukung untuk pencapaian target pembelajaran yang telah disusunnya di dalam RPP yang merujuk kepada silabus.